Analisa Hunter x Hunter: Chimera Ants Arc, Monster Sesungguhnya Adalah Gon
Hunter X Hunter Closing Credit, Madhouse
Berdasarkan : Hunter X Hunter Arc 6: Chimera Ants, Yoshihiro Togashi (author)Dalam Hunter X Hunter Arc 6, seperti yang kita tahu bahwa terjadi pertarungan yang cukup sengit antara 2 spesies yang memperebutkan posisi pada puncak rantai makanan dan menjadi satu-satunya makhluk hidup yang bisa mendominasi makhluk hidup lainnya, yaitu Chimera Ants melawan Manusia.
Sebenarnya ada satu hal yang membuat saya tertarik dari Arc kali ini, mengesampingkan cerita dari setiap karakternya yang dibungkus dengan luar biasa dan menakjubkan, namun perhatian saya tertuju dan terfokus pada satu hal, yaitu pertarungan antara Gon dan Pitou. Pertarungan ini juga yang menjadi salah satu bagian pertarungan utama antara Hunter dan Chimera Ants yang mendapat perhatian dan porsi yang lebih besar ketimbang pertarungan lainnya, meskipun porsi yang di dapat tidak sebesar Netero melawan Meruem, namun pertarungan ini lah yang bisa dibilang bisa menjadi ciri khas atau trademark di arc ini dan memiliki makna yang lebih luas jika diperhatikan lebih mendalam.
Pertama-tama, dalam pertarungan ini mungkin banyak dari kita yang mendukung Gon, dan mengutuk Pitou ketika keduanya saling bertemu. Banyak dari teman saya yang berteriak kegirangan ketika melihat Gon membabat habis Pitou. Gon yang telah menghabisi nyawa Pitou membuat kita berasumsi bahwa Gon telah berhasil membunuh sang monster dan memperoleh kemenangan. Tapi menurut saya sendiri, tindakan yang Gon ambil pada saat itu, dan perkembangan dari setiap episode/chapter, justru membuat dia berubah menjadi monster yang bahkan jauh lebih mengerikan dari Pitou itu sendiri.
Madhouse
Jika anda sadari bahwa karakter Gon di arc ini menjadi lebih gelap, berbanding terbalik dengan sifat Gon yang biasanya ceria, optimis, polos, dan memiliki hati yang paling tulus diantara setiap karakter yang ada di Hunter X Hunter.
Ironisnya Gon pernah mencegah agar Kurapika sendiri tidak menjadi pembunuh, dimana ia pada saat itu buktinya bisa berpikir jernih untuk tidak lari dari cengkraman Laba-laba padahal ada kesempatan emas yang bisa membuat dirinya kabur tanpa harus menanggung resiko lebih besar, hal ini semata-mata agar Kurapika sendiri bisa menepati janjinya untuk melepaskan Chrollo Lucifer dan menjadi orang yang lebih baik. Kenyataannya sekarang? Gon sendiri tidak peduli ketika dengan mata kepalanya melihat Komugi sedang sekarat dan memaksa Pitou ikut dengannya untuk memperbaiki Kaito. Gon bahkan tidak segan-segan akan membunuh Komugi jika Pitou mencoba untuk mengulur waktu Gon.
Madhouse
Gon terlihat lebih egois mengingat dirinya pernah bilang ke Killua bahwa ia berkeinginan untuk menangani “itu” seorang diri, dan “itu” tentunya merujuk pada Pitou. Padahal Gon sebelumnya pernah mengatakan bahwa ia membutuhkan Killua untuk menghadapi Pitou. Namun ketika kenyataan berkata sebaliknya, Gon lebih memilih untuk menanggung bebannya sendiri ketimbang membaginya dengan Killua. Bahkan sebenarnya dari lubuk hati Killua yang terdalam, ia ingin sekali agar Gon yang sudah menjadi sahabat terbaiknya mau membagi beban yang ia pikul dan berharap agar Gon bisa berhenti menyalahkan dirinya sendiri atas kematian Kaito. Meskipun mereka pada saat itu ikut bersama Kaito dengan maksud untuk belajar dan memiliki tujuan yang tulus untuk menolongnya, tetapi kondisi keduanya pada saat itu hanya akan menghambat Kaito yang sudah bersiap untuk menghadapi Pitou.
Madhouse
Dengan tekad Gon yang sudah bulat dan sebagaimana kita tahu seberapa keras kepalanya Gon, Killua tidak bisa semata-mata menentang keinginan Gon untuk menghadapi Pitou seorang diri. Oleh karenanya tugas Killua hanya untuk mengamankan dan memastikan bahwa pertarungan antara Gon dengan Pitou tidak ada yang mengintervensi.
Dendamnya yang begitu besar pada Pitou pun membuat Gon mendorong dirinya teralu jauh, dan membiarkan dirinya terbakar api amarah dan kesedihan. Sikap optimis yang di perlihatkan Gon di awal film dimana ia masih percaya bahwa Kaito masih hidup dan bisa diselamatkan, hanyalah penyangkalan dan delusi yang terlahir dari diri Gon.
Madhouse
Gon tidak ingin mempercayai jika Kaito sudah mati, dan ketika ia mendengar melalui mulut Pitou itu sendiri bahwa Kaito sudah lama mati, dan tidak ada hal apapun yang bisa ia lakukan untuk menolongnya. Resolusi dan tekad Gon untuk menghabisi Pitou pun semakin menjadi tidak terkontrol karena ditelan oleh emosi marah, penyesalan, dan kesedihan. Gon pada akhirnya tidak peduli lagi dan ingin mengakhiri ini semua, rasa sakit, kecewa, putus asa, tidak berdaya, rasa kehilangan yang begitu dalam membuat Gon tidak ingin merasakan lagi itu semua. Amarah Gon yang begitu besar mampu menciptakan kemampuan dimana Gon bisa bertransformasi ke bentuk dirinya yang lebih dewasa dan memiliki cukup kekuatan untuk menghadapi lawannya. Pitou yang merupakan salah satu dari Royal Guard yang telah bersumpah untuk melindungi dan menjauhkan segala potensi bahaya yang bisa mengancam sang Raja Meruem, menyebutkan bahwa kekuatan seperti itu bisa di peroleh ketika seseorang yang memiliki bakat yang begitu besar mau mengorbankan tidak hanya talentanya saja, tapi juga mau mengorbankan hidup yang ia miliki. Pitou bahkan mengakui jika keberadaan dan kekuatan Gon yang telah bertransformasi sudah setara dengan apa yang dimiliki oleh sang Raja.
“That’s how it start. The fever, the rage, the feel of powerlessness, that turns good man.. cruel ” – Alfred Penny Worth.
Kita menyebut Pitou monster karena dia merupakan bagian dari Chimera Ants dan memang dirinya merupakan bagian dari cerita yang menjadi tokoh antagonis yang suatu saat akan kembali dihadapkan kepada tokoh protagonisnya. Dari sudut pandang protagonisnya, mereka memandang dan menunjukkan jika Chimera Ants adalah spesies yang berbahaya dan telah melakukan banyak genosida terhadap umat manusia, dan kita menyebutkan bahwa tindakan mereka adalah hal yang tidak manusiawi, keji, sadis, atau immoral karena memperlakukan dan memandang manusia hanya sebagai bahan panganan utama mereka.
Madhouse |
Kita tidak pernah membayangkan diri kita menjadi makanan pokok dari makhluk hidup lain, hal ini seperti layaknya manusia memakan ayam, sapi, atau ikan sebagai panganan sehari-hari, dan konsep tersebutlah yang berlaku juga bagi para Chimera Ants. Mereka menganggap wajar jika mereka sendiri memakan manusia, dan lagi tindakan keji mereka seperti memperbudak manusia lain dan sebagainya merupakan gen turunan dari manusia. Dijelaskan sebelumnya jika Chimera Ants merupakan Spesies yang akan terlahir mewarisi genetik dari apa yang Ratunya makan, dan secara tidak terduga apa yang diwarisi oleh prajurit-prajurit semut tersebut tidak hanya bentuk fisiknya saja, namun karakteristik prilaku bahkan memori lamanya juga akan ikut terlahir kembali. Ketika sang ratu mulai memakan manusia, kita bisa melihat para Chimera Ants sudah memiliki berbagai karakterpun mulai bermunculan satu persatu, mulai dari sombong, pemarah, penakut, sadis, pembangkan, dan sebagainya. Bisa dibilang tindak keji dari para Chimera Ants juga tidak terlepas dari sifat borok manusia itu sendiri, sifat yang sama namun berbeda cangkang.
Pitou tidaklah sekejam yang saya pikir selama ini. Dia hanya bertarung untuk melindungi orang yang berharga baginya, yaitu Meruem yang menjadi Rajanya. Sedangkan Gon, bertarung hanya untuk meluapkan amarahnya pada Pitou, ia ingin menghabisi orang yang bertanggung jawab atas kematian Kaito. Namun kematian Kaito juga diakibatkan karena kehadiran mereka mengancam Ratu yang pada saat itu sedang mengandung sang Raja Meruem dan kehadrian mereka bertiga tidak hanya menghambat kelahiran sang Raja namun juga akan mengancam keselamatan Raja itu sendiri. Pitou hanya menjalankan tugasnya sebagai Royal Guard untuk melindungi Ratu dari segala ancaman yang ada. Selain itu Pitou pun rela kehilangan nyawanya asalkan ia bisa menyelamatkan Komugi yang termasuk golongan manusia. Pitou bahkan mematahkan tangannya sendiri hanya demi mendapatkan kepercayaan dari Gon. Sedangkan Gon menolak alasan apapun yang dikeluarkan oleh Pitou bahkan Gon tidak peduli bahwa ada nyawa anak manusia yang sedang sekarat disana, meskipun sudah di bujuk oleh Killua. Disini gon sudah mulai kehilangan akal sehatnya.
Madhouse
Pitou tidak menyesali kematian yang ia dapatkan ketika menghadapi dengan Gon, ia tidak ingin Gon bertemu dengan sang Raja dan menghindari hal yang tidak di inginkan terjadi pada Meruem.
Selain itu jika anda perhatikan Gon terus memukul kepala Pitou berulang kali, tinju Gon dilumuri oleh darah dari makhluk yang telah merenggut Kaito. Alasan Gon memukul kepala Pitou berulang kali karena ajaran Kaito dalam diri Gon. Kaito pernah mengajarkan Gon, jika menghadapi Chimera Ants cara yang paling efektif adalah dengan menghancurkan kepala mereka. Gon terus memukul kepala Pitou sampai tidak memiliki bentuk lagi, sampai ia berhenti oleh kehadiran Killua. Ia lakukan itu semua karena ajaran dan pengaruh dari kaito begitu melekat padanya. Kaito adalah salah satu motivasi Gon untuk menjadi seorang hunter seperti ayahnya, mengingat Ging lari tidak tahu kemana, Kaitolah yang menjadi guru dan seorang figur yang ingin Gon ikuti.
Ketika Killua datang dan melihat keadaan Gon yang sudah menyedihkan, pandangan Gon terhadap killua seperti orang yang ingin meminta bantuan. Ia telah menyadari bahwa dirinya telah menjadi monster seperti apa ia yang ia inginkan. Gon telah merasakan kehilangan seseorang yang sangat berharga baginya, seorang guru dan mentor, dan kenyataannya Gon tidak bisa menerima itu semua.
Ketika Killua datang dan melihat keadaan Gon yang sudah menyedihkan, pandangan Gon terhadap killua seperti orang yang ingin meminta bantuan. Ia telah menyadari bahwa dirinya telah menjadi monster seperti apa ia yang ia inginkan. Gon telah merasakan kehilangan seseorang yang sangat berharga baginya, seorang guru dan mentor, dan kenyataannya Gon tidak bisa menerima itu semua.
Ada quote yang pantas untuk Gon:
“Whoever fights monsters should see to it that in the process he does not become a monster. And if you gaze long enough into an abyss, the abyss will gaze back into you.” – Friedrich Nietzsche.
Sang komikus Yoshiro Tagashi, mampu membuat cerita yang dapat menampilkan cerita yang begitu dalam di arc yang satu ini. Chimera Ants adalah arc terfavorit saya diantara arc yang ada di Hunter X Hunter sejauh ini. Cerita disini cukup dalam dan membuat anda mempertanyakan eksistensi anda sebagai manusia, apakah mereka (Chimera Ants) adalah benar – benar monster? Dalam arc ini bisa membuat anda justru lebih bersimpati pada tokoh antagonisnya. Knuckle pernah berkata bahwa manusia justru lebih buruk dari Chimera Ants. Kita membunuh karena hal yang konyol, dan dunia yang ditempati sekarang begitu tidak adil untuk semua makhluk hidup. Meruem ingin menciptakan dunia dimana semua makhluk bisa hidup yang adil dan memiliki hak atau kesempatan yang sama.
Ketua Netero pun sempat bersimpati dengan Meruem, namun tugas dan tanggung jawabnya untuk keselamatan jutaan populasi manusia di Negara Timur Gorteau, membuat ia memilih untuk memusnahkan Chimera Ants.
Pada pertarungan ini perasaan yang saya dapat naik-turun. Pertama saya bersemangat ketika Gon bertransformasi seperti itu, namun semakin berjalannya pertarungan, saya melihat bahwa itu terlihat seperti monster bukan seperti Gon. Pada akhir pertarungan anda saya jamin pasti merasa kesedihan antara Gon, Pitou, dan Killua. Semua orang disana memiliki alasan untuk bertarungnya masing-masing, satu untuk membalaskan dendam, satu untuk melindungi seseorang, dan satu bertarung untuk menyelamatkan sahabat terbaiknya.
Dulu sempet berhenti nonton karena diawal2 arc Chimera Ants terasa agak konyol. Tapi untungnya saya banyak diberi informasi bahwa arc ini adalah salah satu yang terbaik atau mungkin yang terbaik dari semua arc anime yang ada. Luar biasa khususnya karakter Mereum, Villain terbaik bagi saya. :)
BalasHapusgw udah nonton anime hunterxhunter berulang-ulang kali, dan setelah adegan pertarungan gon vs pitou selalu ada kesedihan yang tersisa. btw salut sama killua, he is a good friend.
BalasHapus